Rupiah Tembus Rekor Terendah, Media Asing Soroti Krisis Ekonomi Indonesia

Ekonomi Internasional Pemerintah
Advertisements
Advertisements

BabelWow.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tekanan signifikan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penerapan tarif resiprokal terhadap ratusan negara, termasuk Indonesia. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah nyaris menyentuh level Rp 17.000 per dolar AS, mencetak rekor baru sebagai salah satu titik terendah sepanjang sejarah. Kamis (10/4/2025)

Penurunan tajam rupiah ini tidak hanya menjadi perhatian domestik tetapi juga mendapat sorotan luas dari berbagai media internasional. Media seperti The Economic Times, Channel News Asia (CNA), dan Al-Jazeera secara khusus melaporkan dampak buruk pelemahan mata uang Indonesia di tengah gejolak ekonomi global.

The Economic Times: Rupiah Cetak Rekor Terendah

Dalam laporannya, The Economic Times mengungkapkan bahwa rupiah melemah hingga 1,8% terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa (8/4), menembus level 16.850 per dolar. Angka ini melampaui penurunan terburuk selama Krisis Keuangan Asia tahun 1997-1998.

“Rupiah anjlok hingga level terendah 16.850 per dolar, melampaui kemerosotan saat Krisis Keuangan Asia ke level terlemah sepanjang sejarah,” tulis The Economic Times berdasarkan data dari LSEG.

Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah-langkah agresif untuk menahan pelemahan rupiah. Intervensi dilakukan di pasar valuta asing spot, domestic non-deliverable forward (NDF), serta obligasi dalam upaya menstabilkan nilai tukar. Namun, analis yang diwawancarai media ini memperkirakan bahwa pelemahan lebih lanjut masih mungkin terjadi meskipun langkah intervensi terus berlanjut.

“Namun beberapa analis memperkirakan penurunan lebih lanjut, bahkan saat bursa saham mengubah aturan perdagangan untuk mencegah aksi jual,” terang laporan The Economic Times.

Selain itu, The Economic Times juga menyoroti efek domino pelemahan rupiah terhadap pasar saham Indonesia. Pada Selasa pagi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun hingga 9%, memaksa otoritas pasar menghentikan sementara perdagangan selama 30 menit.

“Indeks utama anjlok 9,2% ke level terendah sejak Juni 2021 pada awal perdagangan. Setelah penghentian perdagangan dicabut, indeks menutup sebagian kerugiannya dan turun sekitar 8,5% pada pukul 03.10 GMT,” papar laporan tersebut.

Channel News Asia: Dampak Tarif AS

Media Channel News Asia (CNA) juga menyoroti pelemahan rupiah yang terjadi tidak lama setelah pembukaan pasar pada Selasa pagi. Menurut CNA, gejolak ini merupakan reaksi pasar terhadap kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan Presiden Donald Trump.

“Rupiah anjlok 1,8% ke rekor terendah seiring dibukanya kembali pasar setelah libur panjang dan bereaksi terhadap gejolak pasar global yang disebabkan tarif AS,” tulis CNA.

Tarif yang diberlakukan oleh pemerintah AS mencakup rencana pengenaan pajak sebesar 32% terhadap produk-produk asal Indonesia. CNA juga mencatat bahwa perdagangan saham Indonesia baru kembali dibuka setelah libur panjang, memberikan ruang bagi pasar untuk bereaksi terhadap kebijakan tersebut.

“Pasar Indonesia dibuka kembali pada hari Selasa untuk pertama kalinya sejak penutupan pada 27 Maret, dan mengikuti pergerakan pasar global menyusul pengumuman tarif AS minggu lalu, yang mencakup rencana tarif sebesar 32% pada produk Indonesia,” terang CNA.

Al-Jazeera: Dampak Kebijakan Domestik

Sementara itu, Al-Jazeera mengulas isu pelemahan rupiah dari sudut pandang yang berbeda. Media asal Timur Tengah ini menghubungkan penurunan nilai tukar rupiah dengan kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang baru dilantik pada Oktober 2024 lalu.

“Sejak pelantikan Presiden Indonesia Prabowo Subianto pada bulan Oktober, nilai tukar rupiah telah merosot sekitar 8% terhadap dolar,” tulis Al-Jazeera.

Penurunan ini, menurut Al-Jazeera, memiliki kemiripan dengan peristiwa jatuhnya nilai tukar rupiah pada Krisis Keuangan Asia 1997-1998 yang kala itu turut berkontribusi pada berakhirnya rezim Soeharto.

“Meskipun rupiah telah terpukul oleh ketidakpastian pasar yang berasal dari tarif impor yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump, penurunan nilai tukar mata uang tersebut dimulai beberapa minggu sebelum pengumuman,” papar Al-Jazeera lebih lanjut.

Dalam analisisnya, media ini menyebutkan bahwa penurunan tajam rupiah mencerminkan keraguan investor global terhadap arah kebijakan ekonomi Indonesia saat ini.

“Apa yang terjadi di Indonesia saat ini mencerminkan betapa yakinnya investor dan pasar global terhadap keputusan ekonomi dari kepemimpinan saat ini,” kata Achmad Sukarsono, seorang analis di firma konsultan Control Risks yang berbasis di Singapura.

Pelemahan nilai tukar rupiah tidak hanya menjadi perhatian pasar global tetapi juga menimbulkan kekhawatiran di dalam negeri. Bank Indonesia terus memantau situasi dan siap mengambil langkah-langkah lebih lanjut jika diperlukan. Di sisi lain, para pengamat ekonomi menekankan pentingnya upaya jangka panjang untuk meningkatkan kepercayaan pasar terhadap kebijakan pemerintah.

Dengan tekanan yang terus berlanjut, upaya pemerintah dan Bank Indonesia dalam menstabilkan ekonomi akan menjadi sorotan utama baik di tingkat nasional maupun internasional. Masyarakat berharap agar kebijakan yang diterapkan mampu memberikan solusi konkret di tengah ketidakpastian ekonomi global yang masih berlangsung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *