FOMO Beli Emas Melanda, Apa Dampak dan Risikonya?

Artikel Ekonomi Sosial Masyarakat
Advertisements
Advertisements

BABELWOW.COM, Jakarta – Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) kini melanda masyarakat Indonesia dalam hal membeli emas. Fenomena ini disebut oleh perencana keuangan Andy Nugroho sebagai bentuk FOMO yang positif, mengingat emas merupakan salah satu instrumen investasi yang dapat melindungi nilai kekayaan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Senin (14/4/2025)

“Kalau dibilang FOMO yah bisa jadi FOMO. Tapi ini FOMO yang positif,” ungkap Andy saat diwawancarai pada Minggu (13/4/2025).

Menurut Andy, minat masyarakat membeli emas meningkat akibat gejolak perdagangan global yang memengaruhi nilai tukar Rupiah. Hal ini membuat harga emas meroket, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tercatat oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mengalami penurunan pada pekan kedua April 2025. Kondisi ini membuat masyarakat beralih ke emas sebagai pilihan investasi yang lebih menjanjikan.

Dampak Lonjakan Permintaan Emas

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, menjelaskan bahwa tren FOMO membeli emas ini berpotensi meningkatkan harga logam mulia tersebut.

“Dengan adanya permintaan emas yang cukup meningkat memang kecenderungan harga emas naik,” ujar Bhima, Minggu.

Namun, Bhima mencatat bahwa volatilitas harga emas masih belum signifikan karena kondisi ekonomi global yang memburuk. Meski demikian, ia memprediksi bahwa tren ini akan terus mendorong harga emas mencetak rekor baru hingga akhir 2025.

Bhima juga menambahkan bahwa jika resesi global benar-benar terjadi, harga emas akan semakin sulit turun seperti tahun-tahun sebelumnya.

“Kalau ekonomi benar-benar mengalami resesi global, maka akan mengakibatkan harga emas semakin tinggi dan harganya sulit untuk turun kembali seperti tahun sebelumnya,” paparnya.

Harga Emas Diprediksi Tembus Rp 2,5 Juta per Gram

Bhima memperkirakan harga emas batangan Antam dapat mencapai Rp 2,3 juta hingga Rp 2,5 juta per gram pada akhir 2025.

“Perkiraan harga emas batangan Antam misalnya, ini akhir tahun bisa tembus Rp 2,3 sampai dengan Rp 2,5 juta per gram. Karena ancaman resesi ekonominya semakin meningkat,” jelasnya.

Sebagai perbandingan, pada Minggu (13/4/2025) pukul 16.21 WIB, harga dasar emas Antam per gram tercatat sebesar Rp 1.904.000. Dengan tambahan pajak PPh 0,25 persen, harga pembelian menjadi Rp 1.908.460 per gram. Harga ini meningkat signifikan dibandingkan November 2024, saat 1 gram emas Antam dijual seharga Rp 1.541.000. Dalam waktu lima bulan, harga emas telah naik sekitar Rp 360.000.

Bhima menjelaskan bahwa emas menjadi instrumen investasi yang menarik untuk jangka panjang karena jarang mengalami koreksi harga.

“Jarang terjadi koreksi harga emas. Kecenderungannya ekonomi makin enggak pasti, emasnya makin terus meningkat,” kata dia.

Kenaikan harga emas ini turut dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar terhadap perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang semakin menekan kondisi perekonomian global.

Tips Aman Berinvestasi Emas

Meskipun emas dianggap sebagai instrumen investasi yang andal, Bhima mengingatkan masyarakat untuk tidak terburu-buru berinvestasi tanpa perencanaan matang.

“Investasi emas tipsnya dilakukan kalau ada uang lebih. Jangan mengambil uang pokok untuk belanja kebutuhan pokok. Tapi kalau sisa uang masih ada setelah dikurangi biaya-biaya rutin yang harus dikeluarkan,” ujar Bhima.

Ia juga menyarankan agar investasi emas difokuskan untuk jangka panjang, yaitu 10–15 tahun. Menurutnya, emas dapat menjadi pilihan tepat untuk kebutuhan dana pendidikan anak atau uang muka rumah.

Selain itu, masyarakat disarankan untuk membeli emas batangan, yang harganya lebih stabil dalam jangka waktu panjang. Namun, pembelian emas harus memperhatikan volume karena berkaitan dengan biaya penyimpanan di safety deposit box.

Safety deposit box adalah layanan penyewaan kotak penyimpanan barang berharga yang disediakan oleh bank. Bhima menekankan pentingnya menyimpan emas di tempat yang aman, mengingat risiko tinggi jika menyimpannya di rumah.

“Jadi saya pikir harus dilihat juga kemampuan dalam melakukan penyimpanan emasnya,” tambah Bhima.

Selain memperhatikan aspek penyimpanan, Bhima merekomendasikan membeli emas dalam gramasi kecil, seperti di bawah 25 gram. Ini penting agar emas dapat segera dicairkan jika dibutuhkan sebagai dana darurat.

Dengan kondisi ekonomi global yang tidak stabil, investasi logam mulia seperti emas menjadi pilihan populer bagi masyarakat Indonesia. Namun, penting untuk diingat bahwa investasi ini tetap membutuhkan perencanaan dan strategi yang matang.

Meskipun fenomena FOMO membeli emas memberikan dampak positif berupa kesadaran masyarakat terhadap pentingnya investasi, langkah bijak dalam mengelola keuangan tetap menjadi kunci untuk memaksimalkan keuntungan dan mengurangi risiko di masa depan. (Sumber: Kompas, Editor: KBO-Babel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *