Pangkalpinang|Babelwow.com – Dinamika politik menjelang Pilwako Pangkalpinang 2025 kian menarik. Survei terbaru yang dirilis AKAR Research Center menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam tren elektabilitas para kandidat, terutama pasca debat publik kedua dan rangkaian kegiatan kampanye di lapangan.
Survei yang dilaksanakan pada 20–22 Agustus 2025 ini melibatkan 1.200 responden dari tujuh kecamatan di Kota Pangkalpinang. Dengan metode multistage random sampling, margin of error ±2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen, survei ini dipandang cukup representatif menggambarkan arah pilihan politik warga.
Hasilnya, pasangan independen Eka Mulya Putra – Radmida Dawam, yang mengusung tagline *MERDEKA (Membangun Bersama Radmida dan Eka)*, mencatat perolehan elektabilitas tertinggi sebesar 32,8 persen. Posisi kedua ditempati pasangan Udin – Dessy dengan 28,1 persen, disusul pasangan petahana Molen – Zeki yang meraih 25,4 persen.
Sementara itu, pasangan Basit Sucipto – Dede hanya mengantongi 9,6 persen dukungan, dan 4,1 persen responden masih menyatakan ragu-ragu.
*MERDEKA Pimpin Tren Naik*
Kenaikan signifikan Eka–Radmida tidak terlepas dari strategi kampanye yang konsisten dan kreatif.
Tim pemenangan mereka giat menyasar basis komunitas, kegiatan seni budaya, hingga aksi sosial yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Penampilan percaya diri dalam debat publik kedua juga memberi tambahan energi positif.
“Publik melihat pasangan MERDEKA sebagai warna baru politik Pangkalpinang. Mereka tampil segar, independen, dan mencetak sejarah demokrasi lokal,” ungkap peneliti AKAR Research Center.
*Udin–Dessy Terbebani Isu Hukum*
Pasangan Udin–Dessy yang sebelumnya sempat memimpin survei, kini mengalami penurunan. Penyebab utamanya adalah sorotan publik terhadap dugaan kasus BUMD yang menyeret nama Udin, serta isu hukum yang menimpa suami Dessy.
Selain itu, blunder pada debat pertama masih membekas di benak pemilih. Jawaban yang dinilai tidak fokus, disertai narasi dramatis yang justru dianggap melemahkan UMKM, membuat sebagian konstituen mulai goyah.
“Mereka kehilangan momentum, dan publik menilai jawaban tidak realistis,” terang AKAR.
*Petahana Molen–Zeki Tertekan*
Kendati mengandalkan status petahana, pasangan Molen–Zeki justru berada dalam tren menurun. Dua isu besar membebani mereka: kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta dugaan praktik jual beli jabatan di lingkungan pemerintah kota.
Isu ini semakin diperparah oleh persepsi publik bahwa pilihan Molen menggandeng Zeki sebagai wakil justru tidak memberikan nilai tambah signifikan.
Penampilan debat yang dinilai “biasa saja” turut memperkuat kesan stagnasi. “Molen–Zeki dinilai tidak membawa energi baru, padahal masyarakat ingin perubahan,” jelas AKAR.
*Basit–Dede Tersandung Persepsi*
Sebagai pendatang baru, Basit Sucipto – Dede belum berhasil mendongkrak elektabilitas. Minimnya popularitas dan resistensi dari sebagian kader partai menjadi kendala.
Publik juga masih menyoroti status Basit sebagai *non putra daerah*, sehingga ikatan emosional dengan pemilih Pangkalpinang belum terbentuk.
“Popularitas rendah, resistensi internal, ditambah faktor identitas, menjadi tantangan berat bagi Basit–Dede,” tulis hasil analisis AKAR.
*Dinamika Politik Menuju Pemungutan Suara*
Kesimpulan AKAR Research Center menegaskan bahwa peta politik Pilwako Pangkalpinang semakin dinamis. Tren menunjukkan pasangan independen Eka–Radmida berpotensi menjadi magnet mayoritas jika konsistensi kampanye kreatif tetap terjaga.
Sementara itu, kandidat lain menghadapi tantangan yang tidak ringan. Udin–Dessy harus berhadapan dengan isu hukum yang menggerus elektabilitas, Molen–Zeki tertekan oleh sentimen negatif kebijakan dan persepsi publik, sementara Basit–Dede masih berkutat pada masalah popularitas dan penerimaan di tingkat akar rumput.
“Dengan tren yang ada, hasil survei ini mendekati realitas elektoral yang akan dihadapi warga Pangkalpinang menjelang hari pemungutan suara,” tutup laporan AKAR Research Center. (KBO Babel)