Banjir di Jalan Balai: Antara Solusi Nyata dan Janji Politik Musiman

Bangka Belitung Pangkalpinang Pemerintah Politik Sosial Masyarakat
Advertisements
Advertisements

OLEH : EDDY SUPRIADI (MANTAN BIROKRAT)

HUJAN deras beberapa hari terakhir kembali membuka luka lama bagi warga di sekitar Jalan Balai dan sekitarnya. Genangan yang menghambat aktivitas, merendam rumah, dan membuat masyarakat harus bersahabat paksa dengan air, seolah menjadi siklus tahunan tanpa jawaban tuntas. Pertanyaannya bukan lagi kenapa banjir, tapi: mengapa solusi konkret tak kunjung hadir?

Masalah Lama, Respons yang Berulang

Wilayah sekitar Jalan Balai memiliki karakteristik geografis yang datar dan cenderung cekungan, ditambah saluran drainase yang tidak mampu menampung debit air secara optimal. Banyak drainase yang tersumbat, sempit, bahkan tidak tersambung secara sistematis antar ruas jalan. Tak jarang, genangan bertahan berjam-jam bahkan setelah hujan reda.

Sudah banyak keluhan warga, hearing DPRD, hingga kunjungan pejabat yang dilakukan. Namun, realisasi proyek penanggulangan kerap sebatas tambal sulam. Tidak ada pendekatan sistemik berbasis tata ruang dan infrastruktur yang berkelanjutan.

Di Antara Janji Kampanye

Wilayah ini bukan zona pinggiran. Ini pusat kota. Setiap musim kampanye, Jalan Balai menjadi rute safari politik. Warga dijanjikan normalisasi drainase, pembangunan pompa air, hingga masterplan penataan air kota. Tapi janji politik kadang berumur pendek—sebatas masa kampanye.

Ironisnya, ketika banjir terjadi kembali, warga hanya mendapat simpati dan kalimat “akan ditindaklanjuti.” Padahal, banjir bukan hanya urusan teknis, tapi soal komitmen dan keberpihakan politik terhadap hak dasar warga: lingkungan yang aman dan layak.

Solusi: Butuh Integrasi dan Ketegasan

Solusi atas banjir di Jalan Balai sebenarnya bukan mustahil. Dibutuhkan:

1. Audit dan revitalisasi saluran drainase secara menyeluruh—bukan sebatas galian manual temporer.

2. Pembangunan dan pemeliharaan kolam retensi atau sumur resapan di titik strategis.

3. Penegakan aturan tata bangunan dan kawasan, agar tidak mempersempit aliran air dan jalur buangan.

4. Sistem informasi curah hujan dan early warning di zona rawan banjir.

5. Penganggaran multiyears dengan target penyelesaian bertahap tapi terukur.

 

Pemerintah perlu menjadikan ini bukan lagi proyek musiman, tapi program prioritas lintas dinas dan lintas kepemimpinan.

Politik yang Berpihak atau Sekadar Retorika?

Masyarakat kini lebih kritis. Di tengah Pilkada ulang Kota Pangkalpinang dan mulai ramainya panggung janji, warga menanti: siapa yang tidak hanya datang membawa mimpi, tapi membawa tim teknis dan masterplan. Siapa yang memahami masalah, bukan hanya menyalahkan curah hujan.

Banjir di Jalan Balai adalah potret kecil persoalan perkotaan yang perlu pendekatan terintegrasi—bukan sekadar seremonial. Politik semestinya menjadi jalan perubahan, bukan panggung pengulangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *